[Part 6] Dream Chaser

ImagellPart 6 : 꿈의 체이서
D r e a m     C h a s e r s
Title : Dream Chasers / Run
Rating : PG-1 5
Genre : School, Romance, Friendship, Family

Maaf kalo author update nya lama. Maaf maaf hehe^^

Author POV

“Itu memang sangat memalukan bukan?” Amber agak berbisik kepada Soo Jung, tapi Sun Young mendengarnya begitu jelas.
“Iya. Kalau aku jadi Park Sun Young, aku sudah sangat malu dan memilih untuk bunuh diri saja.”
Amber dan Jung Soo Jung tertawa renyah. Namun seketika berhenti ketika ada seseorang menyahut perkataan Soo Jung tadi.
“Kalau begitu bunuh diri saja!” suara Seol Ri-lah yang membuat Soo Jung dan Amber berhenti tertawa.
Seol Ri berjalan ke depan dan berdiri di hadapan Amber dan Soo Jung yang baru saja beranjak berdiri. Seol Ri menatap sinis Soo Jung, kemudian dia menatap mata Amber juga. Tapi tidak sesinis waktu dengan Soo Jung.

“Apa kalian begitu suka membicarakan orang lain yang tidak pernah memiliki kesalahan satupun kepada kalian?” kata Seol Ri sambil menatap tajam Jung Soo Jung yang sangat ia benci itu. Ia pun meniup ke atas poni panjangnya, “Hah?”
“Eo. Bagaimana denganmu? Kau lebih suka ‘kan?” Soo Jung mencoba untuk se-rileks mungkin di hadapan Choi Seol Ri.
Seol Ri tertawa garing, “Oh ya? Ya, aku sangat menyukainya juga. Tapi setidaknya aku tidak suka membuntuti Lee Tae Min sepanjang hari.”
Jung Soo Jung tersinggung. Ia berdeham untuk mencegah adanya getaran dalam suaranya, “Aku menyukainya. Jadi apa salahku membuntutinya terus? Dari pada kau yang terus-terusan memanggil Kim Ki Bum dengan sebutan Kim sepanjang hari?”
“Apa kau cemburu melihatku dengan Ki Bum?”
“Mungkin kau yang cemburu melihatku dengan Taemin?” Soo Jung tertawa keras.
Mendengar itu, darah Seol Ri seperti mengalir deras dari ujung kepa;a ke ujung jari-jari kakinya.
“Aku tidak mungkin menyukai Ki Bum yang berlagak menjadi Kim-mu dan—“ Perkataan Soo Jung dipotong sengaja oleh Seol Ri.
“Mari bertaruh!”
“Eo?” nada bicara Soo Jung meninggi, “Apa?”
“Yang dapat banyak gol yang menang.”
“Bertaruh apa?”
Seol Ri menelan ludahnya sendiri. Dan akhirnya mulutnya terbuka, “Bertaruh Lee Tae Min.”

Author POV end

Seol Ri POV
Bisa-bisanya aku mengatakan kepada mantan kekasih Lee Tae Min, Jung Soo Jung bahwa aku menyukai mantan pacarnya. Dan juga bisa-bisanya aku mengajaknya bertaruh untuk mendapatkan Lee Tae Min. Yang paling banyak dapat gol, adalah yang berhak atas Lee Tae Min.
Aku yakin aku bisa memenangkannya karena aku sangat ahli dalam hal ini.
Aku dan Soo Jung satu tim. Sementara Amber dan Sun Young lawan kami berdua. Song Qian tidak ikut karena memang ia sedang tidak begitu fit untuk melakukannya. Ia tampak berbaur dengan Taemin cs.
Sekali lagi aku yakin bisa memenangkan ini.
Seol Ri POV end

Author POV
Peluit berbunyi. Membuat Seol Ri yang menjadi striker langsung menendang bola ke daerah lawan. Baru menendang saja, Amber sudah berdiri dekat bola, membuat Seol Ri berlari merebut si bola. Dan akhirnya ia dapatkan juga.
Setelah mendapatkannya, Seol Ri mengoper ke arah teman satu tim-nya karena keadaannya terdesak oleh tim lawan.
Sayangnya, setelah mendapatkan bola Seol Ri, gadis itu mengoper ke arah Soo Jung yang berdiri dekat gawang. Seol Ri sedikit kesal karena Soo Jung baru saja membuat gol.
Amber mendekat ke arahnya, “Satu kosong,” ucapnya. Membuat Seol Ri menjauh sedikit.
Tiga menit berlalu. Soo Jung memimpin dengan skor empat sedangkan Seol Ri tertinggal tipis dengan skor tiga. Pertandingan di antara mereka jauh lebih seru dibandingkan tim lawan tim.
“Kenapa mereka berebut bola?” Jin Ki yang memang dari tadi memperhatikan Soo Jung dan Seol Ri yang satu tim itu heran, “Mereka ‘kan satu tim—“
“Iya. Mereka memang setuju melakukan itu,” kata Qian kemudian.
“Mwo?” Taemin menoleh ke arah Qian yang berdiri tepat di sampingnya.
Qian mendongak melihat wajah Taemin, “Mereka memperebutkanmu.”
“Mwo?” Taemin masih tidak mengerti.
“Jangan bilang mereka bertaruh untuk mendapatkan Lee Tae Min?” Jin Ki membuat Qian dan Taemin menoleh ke arahnya.
“MWO?!” Taemin shock, “Kenapa tiba-tiba aku jadi bahan taruhan?”
Song Qian ingin mengatakannya. Tapi peluit berbunyi. Menandakan pertandingan diberhentikan karena.. karena Seol Ri dan Soo Jung kini tergeletak di lapangan.
“Jung Soo Jung!” Taemin berlari menghampiri Soo Jung yang sepertinya tidak sadarkan diri.
Soo Jung dikerubungi orang banyak karena dia tidak membuka matanya. Ia pingsan. Sementara Seol Ri, ia bangun sendiri dan meringis menahan sakit di bagian bahunya. Ia tadi menabrak Soo Jung, sehingga Soo Jung terpeleset ke belakang. Kaki jenjang Soo Jung membuatnya tersandung dan akhirnya jatuh.
Sama sekali tidak ada yang membantunya. Semuanya terfokus kepada Soo Jung, bahkan Park Sun Young dan Song Qian yang hari ini seharusnya jadi temannya. Dan dia tidak tahu apa yang terjadi dengan Soo Jung sampai semua orang mengerubunginya. Ia mendekati kerubungan.
“Ahh.. pikkyeo!” seorang gadis yang ia tidak kenal mendorongnya keluar.
Semua orang menatap Seol Ri dengan tatapan tajam. Semuanya membenci Choi Seol Ri sekarang.
“Waeyyo?” Seol Ri bingung kenapa semua menatapnya seperti itu.
Tidak ada yang tidak  mengacuhkannya. Semuanya sibuk dengan Jung Soo Jung. Dan tidak mungkin lagi dia membantu Soo Jung yang kini sedang Taemin tangani. Lebih tidak mungkin lagi dia pergi begitu saja.
Tapi sekarang apa yang harus Seol Ri lakukan?
Taemin keluar dari kerubungan dengan menggendong Soo Jung. ia menatap Seol Ri datar dan kemudian berjalan lurus menjauhi Seol Ri yang terpaku di tengah lapangan futsal yang mulai sepi. Rasanya ingin menangis dan pulang ke Pyongyang. Menangis dalam pelukan Ayah dan menceritakan apa sebabnya ia menangis.
Semua orang kini meninggalkannya. Dan sekarang, ia pun berjalan ke suatu tempat.

___

Taemin duduk di samping kasur UKS dimana Soo Jung tertidur disitu. Ia memperhatikan wajah Soo Jung yang terkenal paling cantik di SSB Koyuhgi ini. Tangannya menggenggam tangan Soo Jung.
“Soo Jung-a,” suara Taemin sangat lirih.
Soo Jung diam. Dia masih belum sadar.
“Apa kau masih menyukaiku?”
Taemin menelan ludahnya karena tenggorokkannya terasa sangat kering, “Apa kau begitu menyukaiku sampai menjadikan aku bahan taruhan.”
“Eo, aku masih menyukaimu,” jawab Soo Jung yang ternyata sudah membuka matanya.
Taemin tertegun, “Kau—sudah sadar?”
Soo Jung berdeham, “Dan bukan aku yang menjadikanmu bahan taruhan. Seol Ri yang melakukannya,” katanya sambil mengambil posisi duduk.
“Kau sudah bisa duduk? Tidak pusing?”
“Yya! Memangnya aku sangat rapuh, hanya karena tersenggol sedikit aku pingsan?”
Taemin tidak  menyangka Soo Jung berpura-pura pingsan tadi, “Kau—berpura-pura?”
“Eo,” jawab Soo Jung enteng, “Apakah aku salah?”
Hening beberapa menit sampai Taemin menggeleng pelan, “Tidak. Apa yang kau lakukan semuanya tidak salah dimataku.”
“Kalau begitu—apa kita sekarang bersama lagi?”
Taemin menatap Soo Jung. Begitu pula Soo Jung. Tidak lama, Minho masuk sambil membawa kue-kue kering yang dia anggap Soo Jung suka memakannya.
Melihat Minho masuk, Taemin langsung bangun dari kursinya, “Aku tidak suka orang yang berpura-pura. Kau waktu itu bertanya hal yang sama denganku ‘kan?”
Soo Jung sudah tahu jawabannya tanpa ia meminta jawabannya kepada Lee Tae Min. Ia mendengus dan menatap Minho yang berdiri di ambang pintu, “Kau masuk saja. Sebentar lagi Taemin akan keluar.”
“Eo—“ sahut Minho sambil berjalan dan meletakkan kue-kue kering di atas meja.
“Aku rasa kau tahu apa jawabannya, Soo Jung-a,” ucap Taemin yang kemudian pergi meninggalkan Soo Jung dan Minho berdua di ruangan itu.
Setelah Taemin pergi, Soo Jung tampak kesal karena ia terus menggigiti bibir bagian bawahnya. Ia kemudian meninju kasur yang ia duduki. Membuat Minho menoleh ke arahnya dan tidak berani mendekat.
“WAE?!” jerit Soo Jung bersamaan dengan air mata yang keluar dari matanya. Membuat Minho kembali tidak berani mendekat. Ia  hanya bisa menyodorkan sapu tangannya kepada Soo Jung.
Soo Jung menatap Minho sebal, “Kenapa kau ada disini?!” Ia masih menangis.
“Haruskah aku pergi?” Minho ragu-ragu. Kemudian dia berjalan ke arah pintu. Namun jeritan Soo Jung membuatnya menghentikan langkahnya.
“BABO!!” Soo Jung melempar sapu tangan Minho yang berada tidak jauh darinya, “Pantas saja kau tidak kusukai! Kau ini tidak ada perhatiannya!!”
Minho menoleh ke belakang. Ia menelan ludahnya dan memungut kembali sapu tangannya. Ia melihat ke arah Soo Jung yang menatapnya sinis.
“KKA!” Soo Jung menjerit dengan suaranya yang serak. Air mata terus menderas di wajahnya, “KKKAA!!”
Karena Soo Jung menyuruhnya keluar, maka keluarlah Minho dari ruangan itu dengan berat hati. Soo Jung ingin sendiri dan ingin Taemin terus berada di sampingnya. Ia melakukan yang terbaik untuk Taemin tetapi kenapa Taemin malah pergi meninggalkannya dengan sejumput kata-kata yang membuat hatinya tidak bisa menerima begitu saja?
Soo Jung menggeleng. Ia pikir ini memang salahnya. Kenapa ia mengiyakan tawaran Choi Seol Ri? Tapi jika Seol Ri tidak menawarinya hal seperti itu, Taemin tidak akan seperti tadi. Sebenarnya, semuanya tidak akan terjadi jika Choi Seol Ri tidak muncul di hadapannya dan juga tidak muncul di sekolah ini.
Ia pikir, Choi Seol Ri adalah biang dari semua masalah yang ia peroleh.
Sekali lagi ia menjerit kesal.

___

Choi Seol Ri tidak bisa memaafkan dirinya sendiri. Ia tidak bisa kembali ke asrama sekarang karena Amber pasti memarahinya besar-besaran. Juga, Song Qian pasti ikut mengacuhkannya. Semua warga SSB Koyuhgi pasti akan melakukan hal yang sama dengan Amber dan juga Qian.
Perlahan tangannya menjambak rambutnya sendiri. Kemudian ia menjambaknya dengan sekuat tenaga. Kenapa dia melakukannya? Untuk apa? Untuk Taemin?
“Sudahlah..,” ucap seseorang yang kemudian melepaskan tangannya dari rambutnya. Kim Jong Hyun duduk di sampingnya. Di lantai lapangan basket yang selalu berdecit jika Jonghyun kesini, “Jangan salahkan diri sendiri.”
“Jonghyun-a?” Seol Ri menoleh ke arah Jonghyun. Dia tersenyum kecil, “Kau tidak marah padaku?”
“Kenapa aku harus marah padamu?” tanya Jonghyun yang kemudian tertawa kecil, “Kau tidak membuat kesalahan.”
Seol Ri menghapus senyuman bodohnya itu. Dia mendengus keras, “Tapi aku sudah membuat semua orang khawatir tentang Jung Soo Jung.”
“Apa kau tidak khawatir?”
“Aku khawatir. Mungkin aku orang yang paling khawatir,” ucap Seol Ri sambil menggesekkan sepatu olahraganya dengan lantai lapangan basket.
“Jadi kenapa kau tidak melihat Soo Jung di UKS?” tanya Jonghyun.
“Aku tidak bisa. Aku takut semua orang mengolok-olokku,” kata Seol Ri yang masih melakukan aktifitasnya.
Jonghyun memperhatikan sepatu Seol Ri yang menimbulkan bunyi berdecit karena bergesekkan dengan lantai lapangan basket, “Sesungguhnya aku benar-benar benci bunyi berdecit, Choi!”
Seol Ri menoleh ke arah Jonghyun dan menghentikan aktifitasnya yang tidak berguna itu, “Oh! Mianhae..”
Jonghyun tersenyum, “Kau memang seperti itu.”
“Apa?” Seol Ri penasaran.
“Selalu mencoba untuk terlihat lebih imut.”
“Aku tidak!” Seol Ri tertawa mendengar Jonghyun mengatakannya.
Jonghyun juga ikut tertawa.
“Kau tahu,” ucap Seol Ri sembari meletakkan dagunya di atas lututnya yang pegal-pegal itu, “Kau mengingatkanku kepada sahabat kecilku yang bernama Kim.”
Jonghyun berhenti tertawa. Raut wajahnya tidak baik.
Seol Ri tertawa hambar, “Aku sudah lama tidak bertemu dengannya. Dia selalu mengucapkan sesuatu yang sama dengan apa yang kau ucapkan akhir-akhir ini. Aku hampir mengira Kim itu adalah kau. Tapi Kim adalah Kim Ki Bum..”
“Choi Seol Ri—“
“Eo?” Seol Ri menoleh ke arah Jonghyun lagi.
“Kau benar-benar Choi Seol Ri ‘kan?”
“Eo! Geurom!” Seol Ri tertawa kecil, “Ada apa?”
“Kau ini dari Pyongyang. Dan sebenarnya kau takut dengan gangster dan preman. Iya ‘kan?”
Seol Ri terperangah, “Kenapa kau bisa tahu?”
“Karena kau trauma. Ayahmu pernah hampir mati di tangan gangster yang ternyata pembunuh bayaran teman kerja ayahmu. Ibu Kim menyelamatkan kalian berdua. Benar ‘kan?”
“Bagaimana kau bisa tahu, Kim Jong—“
Jonghyun berdiri dan memotong kata-kata Seol Ri, “Aku harus melihat Jung Soo Jung sebentar. Kau juga harus melihatnya nanti. Apa kau mau ikut denganku?”
Seol Ri menggeleng pelan dan masih terperangah.
“Baiklah. Aku pergi dulu,” ujar Jonghyun yang kemudian berlari meninggalkan Choi Seol Ri yang masih terperangah.

“ABOJI!!”

Seol Ri mengingat jeritannya sendiri beberapa tahun silam ketika ayahnya di serang beberapa pembunuh bayaran yang memakai pakaian serba hitam.

“Gwenchana. Semuanya akan baik-baik saja jika kau berhenti menangis. Jangan salahkan dirimu sendiri.”

Ucapan Kim ketika ia menangis di rumah Kim.
“Kim? Apakah itu Jonghyun?” desis Seol Ri sendirian. Dan pertanyaannya itu dijawab dengan cepat oleh angin dingin yang berhembus ke arahnya.

___

Seol Ri berharap ketika ia masuk kamar, Amber tidak langsung menghampirinya dan menghajarnya habis-habisan. Dan harapannya itu terkabul. Amber tidak ada di kamar. Qian juga tidak ada. Seol Ri pun menghembuskan nafas lega. Pasti mereka semua ke kamar Soo Jung untuk melihat keadaan Soo Jung. Dia agak khawatir juga merasa bersalah. Tapi perasaan bersalahnya itu-lah yang membuatnya tidak berani untuk menemui Soo Jung.
“Ppff..,” Seol Ri mengelus dadanya lega sambil duduk dengan hati-hati di kasurnya.
Baru saja duduk, ada seseorang masuk kamarnya tanpa ketuk-ketuk. Iya, salahnya sendiri tidak menutup pintu kamar jadi Lee Taemin –yang masuk kamarnya tanpa ketuk-ketuk- tidak bisa mengetuk pintu.
“Choi Seol Ri?” suara Taemin hampir tidak bisa didengar Seol Ri.
“Eo?” Seol Ri bangkit dari kasur, “Wae? Amber dan Song Qian sedang tidak ada disini.”
“Aku tidak sedang mencari mereka,” kata Taemin.
“Mencariku?”

….

“Mianhae—“ kata Taemin begitu Seol Ri menyodorkan minuman ke arahnya.
Seol Ri duduk di depan Taemin dan kemudian terkekeh, “Untuk apa?”
“Untuk membuatmu marah dan kesal,” kata Taemin.
“Kapan kau membuatku marah ataupun kesal? Kita baru dalam tahap saling kenal—“
“Kita sudah saling kenal sebelumnya.”
Mendengar Taemin berkata begitu, Seol Ri menyipitkan matanya, “Mwo?”
“Ini mungkin memang terdengar lucu. Tapi kita benar-benar saling kenal.”
“Apa kau semacam teman kecil?” tanya Seol Ri.
Taemin tertawa kecil, “Sebenarnya aku ingin jadi teman. Tapi kau sudah membenciku. Bagaimana?”
“Nugu neo?” Seol Ri penasaran.
“Lee Tae Min, putra sulung Lee Tae Soo,” kata Taemin.
“Lee—Tae—Soo itu—“ gumam Seol Ri. Ia berpikir keras agar ingat siapa Tae Min sebenarnya. Dan baru beberapa detik menyebut-nyebut nama itu, sekelebat ia ingat siapa orang itu. Berpakaian serba hitam dan membuka masker-nya di depannya setelah menusuk perut ayahnya dengan pisau.

“Mianhae, Choi Seol Ri. Namaku Lee Tae Soo. Jangan telepon polisi aku masih harus menjaga anak laki-laki ku yang seumuran denganmu..”

Begitu mengingatnya, Seol Ri menjerit dan menutup kedua telinganya serta matanya. Taemin-pun panik karena tidak menduga sebegitu besar rasa bencinya terhadap Lee Tae Soo, ayahnya?
“Seol Ri-yya,” Taemin melepaskan tangan-tangan Seol Ri dari kedua telinganya yang sedikit memerah. Seol Ri membuka matanya dan sadar bahwa kini anak yang harus dijaga oleh Lee Tae Soo ada di depannya.
“Apa setelah ayahmu menyerang ayahku, kau mau menyerangku? Sekarang?” kata Seol Ri kepada Taemin.
Taemin menggeleng, “Justru aku diminta untuk—“
Belum sempat Taemin menyelesaikan perkataannya, Seol Ri angkat kaki dari kamarnya sendiri meninggalkan Taemin, “Aku tidak serapuh ayahku, Lee Tae Min!”
BRAK! Pintu dibanting dan bulu kuduk Taemin berdiri, “Justru aku ingin melindungimu, Seol Ri-yya,” desisnya, “Aku baru saja mengatakan kata ‘maaf’ kau malah kesal karenaku lagi.”
Author POV end

Seol Ri POV
Aku benar-benar tidak percaya. Jadi selama ini aku sedikit menaruh perhatianku kepada anak laki-laki Lee Tae Soo, Lee Tae Min? Langkah-langkah gusarku kini entah mau membawaku kemana lagi. Andaikan Kim muncul di depanku dan membuatku menceritakan semua kesulitan yang telah kualami. Dia akan membuat rasa takutku hilang dengan senyumannya yang menawan. Tapi aku sendiri saja tidak yakin siapa Kim.

“Kim Ki Bum-ssi. Aku harus memanggilmu apa supaya akrab?”
Ki Bum menghentikan langkahnya. Dia menatapku sinis, “Jangan sok akrab denganku. Choi Seol Ri!”
Bagaimana bisa dia tahu namaku secara lengkap? Apa dia…. Kim sahabat kecilku?

Ki Bum menoleh ke arahku yang sedang tersenyum manis kepadanya, “Jangan tersenyum kepadaku!”
Aku berhenti tersenyum “Wae, Kim-a?”
“Juga jangan memanggilku Kim!”

“Kim Jonghyun?” Seol Ri menoleh ke arah Jonghyun.
“Siswi baru! Kenapa kau disini?” tanya Jonghyun.
“Apa urusanmu?”

“Kenapa kau selalu mendengarkan musik dengan headphone?”
“Apa urusanmu?”

“Yya, jangan suka kesal seperti itu. Kau tidak terlihat imut bahkan jika memonyongkan bibirmu,” kata Jonghyun.

“Dasar anak mata-mata! Week..,”
Seorang anak kecil—bukan. Dia bukan anak kecil. Dia seumuran denganku. Lebih tua beberapa bulan dariku. Dan dia juga sangat jahil. Ketika aku sedang berjalan membawa es krim, dia mengambilnya dari tanganku. Tentu saja aku tidak berani merebutnya kala itu. Dia sangat jahil sampai-sampai aku takut untuk melawannya.
Akhirnya, aku membiarkan dan mengikhlaskan es krim itu dibawanya. Aku berjalan pulang ke rumah dengan wajah cemberut. Ketika aku berjalan pulang, tiba-tiba saja Kim berada di depanku. Ya, aku tidak perlu kaget dengan kedatangan Kim yang tiba-tiba, karena rumahnya baru saja dan selalu aku lewati ketika aku berjalan pulang.
“Es krim-nya pasti direbut—“
“Eo!” aku sedikit membentak Kim. Aku kesal.
“Yya, kau jangan cemberut seperti itu. Itu tidak membuatmu terlihat imut, tau!”
Aku menatap Kim sinis, “Aku tidak berusaha untuk terlihat imut!”

“Kau ini dari Pyongyang. Dan sebenarnya kau takut dengan gangster dan preman. Iya ‘kan?”
“Kenapa kau bisa tahu?”
“Karena kau trauma. Ayahmu pernah hampir mati di tangan gangster yang ternyata pembunuh bayaran teman kerja ayahmu. Ibu Kim menyelamatkan kalian berdua. Benar ‘kan?”
“Bagaimana kau bisa tahu, Kim Jong—“
Jonghyun berdiri dan memotong kata-kataku, “Aku harus melihat Jung Soo Jung sebentar. Kau juga harus melihatnya nanti. Apa kau mau ikut denganku?”

“ABOJI!!”
“Gwenchana. Semuanya akan baik-baik saja jika kau berhenti menangis. Jangan salahkan dirimu sendiri.”

Langkahku terhenti seketika. Kim itu—adalah….
“Choi Seol Ri!”
Aku mendongak. Melihat seorang laki-laki yang tengah kuharap-harapkan kedatangannya. Kim, kini berjalan pelan ke arahku sambil menatapku. Ia juga tersenyum kepadaku. Karena tidak tahan, aku pun setengah berlari ke arahnya dan memeluknya dengan erat. Aku takut kehilangannya.
Kim adalah Kim Jong Hyun. Bukan Kim Ki Bum.
“Kim-a,” rengekku kepada Jonghyun.
“Kim?”
“Kau adalah Kim yang sebenarnya ‘kan? Kenapa kau tidak memberitahuku jika kau ini Kim?”
Kudengar Jonghyun tertawa kecil, “Aku hanya ingin kau tahu sendiri.”
Seol Ri POV end

TBC

4 comments

  1. Park HunJin · April 13, 2014

    Hua lanjut thor.. Aku nangis gara gara baca ff part ini. Lanjut yah, aku suka TaeLli. Cepet lanjut yah! Faighting!

    • ffsmawol · August 6, 2014

      kenapa nangis? huhu ditunggu aja ya:)

  2. abcdedeeh · May 3, 2014

    huaaa lanjut author!! ceritanya seruuu, bikin penasaran

    • ffsmawol · August 6, 2014

      cie ditunggu aja ya haha thanks komennya

Leave a comment